Berkat Konservasi, Burung Nuri Kabare Papua Selamat dari Kepunahan

Ilustrasi burung nuri. (Antara)

Editor: Dera - Kamis, 10 Desember 2020 | 11:00 WIB

SariAgri - Burung nuri kabare (Psittrichas fulgidus) adalah salah satu burung endemik Indonesia yang berada di Papua. Ada yang menarik dari keberadaan burung jenis nuri itu, mengingat selama ini burung khas Papua adalah jenis cenderawasih.

Burung nuri kabare yang juga dikenal dengan banyak sebutan, seperti 'nuri elang' ini masuk dalam salah satu hewan yang dilindungi. Organisasi Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (BirdLife Indonesia Association) yang merupakan bagian dari kemitraan global BirdLife International mengategorikan nuri kabare sebagai jenis terancam punah berstatus rentan (Vulnerable).

Jumlah jenis burung yang biasa menempati lubang-lubang pohon besar di area pegunungan tinggi ini diperkirakan hanya tersisa 21.000 individu dan tren populasinya terus menunjukkan penurunan apabila tidak dilakukan pencegahan secara terpadu.

Menurut laporan itu, burung nuri kabare yang merupakan spesies burung paruh bengkok (parrot) dan endemik khas tanah Papua, karena tidak bisa ditemukan di wilayah dan negara lainnya, saat ini keberadaannya semakin memprihatinkan.

Burung yang hidup di hutan perbukitan dan wilayah pegunungan di Papua dan Papua Nugini dengan ketinggian 100–1.800 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu disebut terancam punah dan habitatnya juga semakin berkurang karena maraknya perburuan liar, perdagangan, dan kerusakan habitat.

Nuri kabare memiliki ukuran tubuh terbesar di antara jenis burung nuri lainnya, dengan panjang tubuhnya sekitar 46 cm. Paruh burung ini memiliki bentuk mirip dengan burung elang, sehingga sering juga disebut sebagai nuri elang.

Selain itu, paruhnya berwarna kehitaman, bulu pada tubuhnya didominasi oleh warna hitam di bagian kepala, leher hingga dada dan bagian dorsal tubuhnya (punggung hingga ujung ekor), sedangkan perutnya berwarna merah hingga pangkal ekor dan sedikit di bagian sayap.

Pada burung jantan memiliki bentuk dan warna yang sama dengan betina, yang membedakan hanya pada bagian belakang mata, burung jantan memiliki sedikit bulu berwarna merah, sedangkan betina tidak memiliki.

Secara perilaku, nuri kabare yang juga disebut kasturi raja itu aktif saat siang hari (diurnal), aktivitas sehari-hari terlihat sering berpasangan dan terkadang berkelompok.

Dalam sebuah kelompok terdiri dari 8-20 individu dan mendiami 1-3 pohon tinggi yang letaknya berdekatan. Burung ini sangat jarang sekali mengeluarkan suaranya, dan lebih sering terlihat terbang atau bertengger saja. Burung ini pandai memanjat dan berjalan dengan gaya melompat.

Sedangkan dalam reproduksi, Menurut Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua untuk jenis betina menghasilkan telur 2-3 butir dalam sekali musim. Sementara itu untuk pakan, nuri kabare memakan berbagai jenis biji-bijian, seperti kacang-kacangan dan bahkan buah-buahan serta memakan bunga dan nektar.

Adapun upaya melindungi agar nuri kabare tidak punah adalah upaya konservasi "eksitu" (di luar habitat alami) yang dilakukan lembaga konservasi satwa.  Hal itu sudah berhasil dilakukan lembaga konservasi "eksitu" Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pada Mei 2020, Direktur TSI Cisarua Tony Sumampau, menyebut lahir anakan dari burung nuri kabare atau kasturi raja itu. Lahirnya anakan burung endemik Papua itu disebutnya menjadi cerita sukses tersendiri yang membanggakan bagi segenap manajemen lembaga konservasi satwa itu.

Tahapan awalnya adalah dengan memahami karakter dari burung terbesar dari jenis nuri ini sehingga bisa betah berada di TSI Cisarua dan mau kawin dengan pasangannya. Tim TSI membuat lubang di pohon palem sedalam 1-2 meter sebagai sarang bagi burung dengan panjang tubuh 46 cm ini dan akhirnya yang diharapkan pun berhasil.

Pada Maret 2020 lalu, seekor anak burung nuri kabare itu menetas dengan selamat. Saat ini, bayi burung itu terus dipantau tim medis dan keeper (perawat satwa) karena kondisinya masih cukup rentan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Sejauh ini, TSI Cisarua menjadi satu-satunya lembaga konservasi yang berhasil mengembangbiakkan nuri kabare, karena sebelumnya belum pernah ada lembaga konservasi lain yang berhasil melakukannya.

Baca Juga: Berkat Konservasi, Burung Nuri Kabare Papua Selamat dari Kepunahan
Sri Kurnia Tambah Koleksi Lumba-lumba di Taman Satwa Pantai Cahaya

"Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami, apalagi ini keberhasilan konservasi satwa langka dan terancam punah," kata Tony Sumampau. seperti dikutip dari Antara

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyatakan daftar satwa dilindungi tersebut, dan di saat sama ada keberhasilan lembaga konservasi "eksitu" menambah populasi, sehingga itu memberi rasa optimistis bahwa arah menuju kepunahan bisa dicegah.