Bikin Penasaran, Ini Lho Awal Mula Terciptanya Bawang Merah Glowing

Hortikultura - Ilustrasi Bawang Merah (Pixabay)

Editor: Dera - Sabtu, 17 Oktober 2020 | 08:00 WIB

SariAgri - Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah agraris dengan lahan pertanian dan perkebunan yang luas. Salah satu tanaman pertanian yang dikembangkan adalah bawang merah glowing.

Glowing tentu bukan sebutan untuk kulit cerah, tapi glowing adalah singkatan dari Gede, Lebih Orisinil, Berwawasan Lingkungan.

Sesuai dengan namanya, bawang merah glowing yang banyak ditanam di Dusun Nawungan, Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul ini dari ukuran umbinya lebih besar dan lebih keras dibanding bawang merah lokal pada umumnya, serta kulitnya mengkilap.

Selain itu, bawang merah glowing dibudidayakan secara organik, sehingga ramah lingkungan karena nyaris tidak menggunakan pupuk kimia. Hampir 90% budidaya bawang merah di daerah ini menggunakan pupuk organik seperti kotoran sapi, kambing, tetes tebu, hingga rendaman serabut kelapa.

Petani bawang merah glowing di Bantul. (diperpautkan.bantulkab.go.id)
Petani bawang merah glowing di Bantul. (diperpautkan.bantulkab.go.id)

Sistem pertanian organik ternyata menghasilkan produksi bawang merah yang lumayan besar. Setiap 1 Hektar lahan tanam dapat menghasilkan hingga 13 ton bawang merah.

Menurut catatan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul, Dusun Nawungan, ini merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah terbesar di Kabupaten Bantul, dengan luas lahan mencapai 279 Hektar.

Ada 2 (dua) varietas unggulan bawang merah yang dibudidayakan di daerah ini, yaitu bawang merah tajuk dan bima. Varietas Bima inilah yang disebut sebagai bawang merah glowing.

Bibit bawang varietas bima didatangkan dari Kabupaten Brebes. Bibit Bima sebenarnya berukuran kecil, tetapi dengan sentuhan teknologi inovasi dan pengawalan para ahli dari balitbangtan dapat dihasilkan bawang dengan ukuran yang lebih besar.

Keberhasilan budidaya bawang merah di daerah ini juga didukung adanya Embung-embung penampung air hujan yang dibangun secara swadaya oleh para petani. Sampai saat ini, Para petanin sudah membangun 517 unit embung untuk memasok kebutuhan air bagi tanaman bawang merah.

Baca Juga: Bikin Penasaran, Ini Lho Awal Mula Terciptanya Bawang Merah Glowing
Tingkatkan Ekspor Pertanian ke Uni Eropa, Vietnam Optimis Tarik Investasi

Adapun kendala utama yang dihadapi petani setempat adalah keterbatasan ketersediaan pupuk kandang yang tidak sebanding dengan luasan lahan bawang merah. Kebutuhan pupuk kandang tiap 1.000 meter persegi mencapai dua hingga tiga ton. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk kandang, petani masih harus mendatangkan dari luar daerah

Sementara kesuksesan budidaya bawang merah juga tidak terlepas dari bimbingan teknis termasuk pengendalian hama oleh Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Provinsi DIY, dan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul serta BPTP Provinsi DIY. (Sariagri/Marthin)