A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Undefined array key "s"

Filename: controllers/Article.php

Line Number: 437

Backtrace:

File: /home/u1347553/public_html/application/controllers/Article.php
Line: 437
Function: _error_handler

File: /home/u1347553/public_html/index.php
Line: 316
Function: require_once

Gandum Mahal, Ekspor Singkong RI Justru Melejit 3 Kali Lipat

Gandum Mahal, Ekspor Singkong RI Justru Melejit 3 Kali Lipat

Sariagri - Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan harga gandum internasional meroket. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan penghasil gandum terbesar di dunia, akan tetapi perang telah membuat ekspor gandum terhambat sehingga menyebabkan kelangkaan. 

Krisis itu pun dimanfaatkan Indonesia untuk mempromosikan komoditas singkong dan sorgum sebagai pengganti gandum. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi bahkan menyebutkan ekspor singkong dan produk turunannya meningkat tiga kali lipat di kala harga gandum internasional melonjak akibat konflik Ukraina-Rusia.

Pihaknya mengatakan bahwa produk pangan substitusi gandum seperti singkong dan sorgum yang dihasilkan di Indonesia bisa masuk ke pasar internasional dan diminati.

"Kalau saya melihat ini berkah. Karena harga gandum naik, kesempatan singkong kita, sorgum kita naik bagus, masuk pasar diminati. Ini terbukti, bagaimana kondisi ekonomi 2022 ekspor singkong dan turunannya tahun 2022 naik hampir 300 persen dibanding 2020," kata Suwandi.

Ukraina merupakan salah satu negara produsen gandum terbesar di dunia. Dengan adanya konflik geopolitik dengan Rusia menyebabkan harga gandum melonjak lantaran keterbatasan pasokan.

Suwandi mengatakan Indonesia sendiri bergantung pada impor gandum dari Ukraina sebanyak 3 juta ton, atau 36 persen kontribusinya dari kebutuhan total di dalam negeri.

Dia menjelaskan ancaman krisis pangan global dipicu oleh sejumlah faktor, selain konflik Ukraina dan Rusia. Beberapa yang menyebabkan adalah dampak pandemi COVID-19 yang sempat membuat keterbatasan pengiriman pasokan pangan, dan juga faktor cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global.

Ekspor Sektor Pangan Terus Tumbuh

Namun Suwandi memastikan bahwa PDB sektor pertanian terus tumbuh positif sejak awal mula pandemi hingga saat ini. Selain itu, ekspor sektor pangan pun terus bertumbuh sejak 2020 hingga saat ini.

"Ekspor sektor pertanian total naik tinggi. Contoh ekspor 2020 ekspor pertanian total sekitar Rp450 triliun, itu naik 15 persen lebih dibanding tahun sebelumnya. 2021 ekspor naik Rp625 triliun, naiknya 38 persen, ini tanda baik. Di 2022 juga ekspor produk pertanian naik yang didominasi sektor perkebunan," kata Suwandi.

Baca Juga: Tunggu Sinyal, Ukraina Siap Ekspor Gandum untuk Pasok Pangan Global
Ukraina Lanjutkan Ekspor Gandum Setelah Rusia Serang Pelabuhan Odesa

Suwandi mengakui bahwa inflasi terjadi di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang menyumbang inflasi adalah cabai dan bawang.

Menurut dia, pemerintah melakukan substitusi untuk mengatasi inflasi ini dengan meningkatkan jumlah dan nilai ekspor.

"Telur dan daging ayam, kita dorong. Di Singapura ayam dan telur produk kita mengalir ke sana, ini hal baru. Kita juga mencari sumber-sumber lain menahan dampak inflasi, mendorong ekspor," kata Suwandi.